Oleh : Verry Guru *)
NTTTERKINI.COM – Beberapa waktu lalu ketika melapor diri dan melaksanakan tugas karena dimutasi ke Badan Perpustakaan Provinsi NTT berdasar Surat Keputusan Gubernur NTT Nomor : 824.3/I/1/173/578-ND yang ditandatangani Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Fransiskus Salem, SH, M.Si tertanggal 6 September 2013; Kepala Badan Perpustakaan NTT, Drs. Nahor Talan menyampaikan selamat bergabung dan jangan beranggapan bahwa Badan Perpustakaan NTT adalah tempat buangan bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Selamat bergabung dan di Badan Perpustakaan NTT ini bukan tempat buangan. Di sini rejeki tetap ada ibarat air yang terus mengalir, tidak pernah berhenti,” ucap Nahor Talan, memberi penguatan.
Hal senada diungkapkan Sekretaris Badan Perpustakaan NTT, Drs. Kris Siga. “Kalau ada yang tanya kerja di mana? Dijawab di Badan Perpustakaan NTT, lalu orang akan jawab, aduh kasihan e…! Padahal semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkup Pemerintah Provinsi NTT itu sama. Gaji sama, tunjangan sama, kesra sama. Yang berbeda hanya faktor ikutan saja. Di sini juga ada perjalanan dinas,” kata Kris Siga, ketika memimpin apel pagi, Senin (23/9) di aula Badan Perpustakaan NTT.
Sepenggal kisah cerita yang diungkapkan Nahor Talan dan Kris Siga di atas ketika menerima 4 PNS yang dimutasi dari Biro Umum Setda NTT atas nama: Daniel Ratu, BA, Endy Metkono, Valerius P. Guru, S.Sos dan Fransiskus Iku Kaunan dari Dinas PPO Provinsi NTT hanyalah secuil hal yang berhubungan erat dengan strategi membangun image atau citra; baik citra diri maupun citra lembaga yang berasal dari internal institusi maupun eksternal institusi.
Pertanyaan sederhana yang bisa diajukan di sini adalah mengapa sampai ada pendapat atau anggapan bahwa Badan Perpustakaan NTT adalah tempat buangan bagi para PNS? Bahkan salah seotang PNS di badan tersebut pernah nyeletuk, “Sangat mudah membedakan tikus yang ada di sawah dan tikus yang ada di Badan Perpustakaan NTT. Kalau tikus di sawah, badannya gemuk-gemuk karena makan padi. Sedangkan kalau tikus di Badan Perpustkaan NTT, badannya kurus-kurus karena hanya bisa makan kertas.”
Ada lagi yang berujar,”manajemen di sini satu pintu pak. Siapa yang disenangi oleh kepala dia yang akan menikmati perjalanan dinas, masuk dalam kepanitiaan dan selalu menjadi nara sumber. Padahal kualitas diri dan kemampuan bicaranya sangat tidak memenuhi standar. Para pustakawan pun masih bingung membuat klasifikasi literatur dan katalog buku. Tapi mereka tetap saja dipakai; biar kerjaan mereka salah.”
Yang amat mencengangkan, ada PNS di Badan Perpustakaan NTT yang sudah hampir setahun tidak pernah masuk kantor. Itu pun tidak pernah mendapat surat teguran atau panggilan dari Kepala. “Tetapi gaji dan beras selalu dibuat. Uang gaji dan beras itu siapa yang ambil ?,” ucap para PNS Badan Perpustakaan NTT.
Menurut hemat saya, di internal Badan Perpustkaan NTT harus terjalin dan terjadi interaksi yang baik dalam suasana yang dialogis dan humanis antara para pimpinan dan staf; secara terus-menerus dalam keseharian dan dari waktu ke waktu dengan intensitas yang terukur dan permanen. Ini penting dilakukan agar tidak ada kecurigaan, kecemburuan dan prasangka yang buruk tentang kinerja individu dan institusi Badan Perpustakaan NTT.
Jika image atau citra positif telah terbangun dan terjalin dengan baik antara pimpinan dan staf maka tidak ada lagi ocehan atau omelan lepas yang dilontarkan para staf ketika melihat pimpinan atau kepalanya tidak konsisten antara apa yang dia katakan dengan apa yang dia lakukan. Menciptakan semangat dan kebersamaan dalam sebuah institusi amatlah mendesak. Di dalam image, citra dan pesona yang terukur dan permanen itulah yang merupakan sarana pendukung keberhasilan berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Perpustakaan NTT.
Meminjam pendapat A. Locke dan P. Harris (1996) bahwa pembentukan image, citra dan pesona sangat terkait dengan dua hubungan yang akan dibangun, yaitu internal dan eksternal. Hubungan internal adalah suatu proses antara anggota-anggota dalam institusi dengan pendukung untuk memperkuat ikatan ideologis dan identitas mereka. Sementara hubungan eksternal dilakukan untuk mengomunikasikan image, citra dan pesona yang akan dibangun kepada pihak luar institusi, termasuk media massa dan masyarakat luas. Dan dalam membangun image, citra dan pesona ini, institusi harus memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan para insitusi lainnya yang menjadi mitra atau pesaingnya dalam pelayanan yang prima kepada publik.
Karena itu, membangun citra dan pesona diri atau institusi sama dengan membangun kepercayaan publik. Jadi, tatkala citra dan pesona rontok, maka hancurlah kepercayaan publik. Sehingga, sangat sulit membangun citra dan pesona individu atau institusi atau mempertahankan kepercayaan publik jika masyarakat sudah terlanjur tidak memiliki kepercayaan (trust) positif terhadap individu (para kepala / pemimpin di SKPD) dan institusi. Betapa sulitnya dapat membangun kepercayaan publik yang sudah terlanjur rontok.
Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan public relations (PR) atau komunikasi publik. Pengertian citra adalah sesuatu yang abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur dalam ukuran nominal tertentu. Ibarat angin yang bertiup maka citra mempunyai wujud yang dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti tanggapan yang positif maupun negatif seperti sinis yang khususnya datang dari publik (mitra kerja) dan masyarakat pada umumnya.
Karena itu, berbicara tentang pencitraan tak lepas dari preposisi seseorang atau organisasi terhadap citranya dimata public; sehingga melahirkan sebuah respon positif. Begitu juga akselerasi publik terhadap pribadi selalu dapat dilihat dari sejauhmana menampilkan kesan positif yang bisa membangun tingkat kepercayaan terhadap figur pribadi atau branch image sebuah organisasi.
Masalahnya sering kali terjadi kalau citra membangkitkan kepura-puraan kita terhadap publik. Sehingga seolah anda melakukan sesuatu bukan diri kita tapi polesan lipstik. Apa yang kita lakukan hampir sama dengan apa yang kita pikirkan.
Di titik inilah kehadiran dan keberadaan para PNS yang baru saja dimutasi ke Badan Perpustakaan NTT tidak lagi menambah daftar deretan panjang citra negatif terhadap individu dan institusi tersebut. Sebaliknya dapat memberi inspirasi dan spirit baru dalam membangun image yang positif bagi Badan Perpustakaan NTT. Semoga. (*)
*) Pranata Humas Badan Perpustakaan Provinsi NTT